Oleh: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Keutamaan Tauhid dan Pengampunan Dosa
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (syirik).” (QS. al-An’aam: 82)
Dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan -yang benar- selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Bersaksi pula bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya, serta kalimat-Nya yang diberikan kepada Maryam dan merupakan ruh ciptaan-Nya. Bersaksi bahwa Surga adalah benar, Neraka adalah benar. Barangsiapa yang mempersaksikan itu semua maka Allah akan memasukkan dia ke dalam Surga bagaimana pun keadaan amalnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam Shahih Bukhari dan Muslim pula, dari hadits ‘Itban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan Neraka kepada orang yang mengucapkan laa ilaaha illallaah demi mengharapkan wajah Allah.”
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Musa ‘alaihis salam pernah berkata: “Wahai Rabb-ku! Ajarkan kepadaku sesuatu yang bisa kugunakan untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu.” Allah menjawab: “Katakanlah, wahai Musa: laa ilaaha illallaah.” Musa berkata: “Wahai Rabb-ku! Semua hamba-Mu mengatakan ucapan ini?”. Allah berkata: “Wahai Musa! Seandainya langit yang tujuh beserta seluruh penghuninya selain Aku, demikian pula bumi yang tujuh diletakkan di atas daun timbangan, kemudian laa ilaaha illallaah di atas daun timbangan yang satu, niscaya yang lebih berat adalah timbangan laa ilaaha illallaah.” (HR. Ibnu Hibban dan al-Hakim. al-Hakim menyatakan hadits ini sahih)
Dalam riwayat Tirmdzi -beliau pun menyatakan hadits ini hasan- dari Anas. Beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku, maka Aku akan datang kepada-Mu dengan ampunan sepenuh itu pula.”
Pelajaran dari bab ini:
- Betapa luasnya karunia Allah
- Pahala/balasan atas tauhid yang sedemikian melimpah di sisi Allah
- Tauhid menyebabkan dosa-dosa terampuni
- Tafsiran ayat yang terdapat dalam surat al-An’aam [82]
- Cermatilah dengan baik kelima perkara yang disebutkan dalam hadits ‘Ubadah
- Apabila kamu padukan antara hal tersebut [no 5] dengan kandungan hadits ‘Itban dan yang sesudahnya, maka akan jelas bagimu apa makna laa ilaaha illallaah, dan akan jelas pula bagimu kekeliruan orang-orang yang maghrur/tertipu
- Perhatikan syarat yang dijelaskan di dalam hadits ‘Itban
- Para Nabi pun butuh untuk diberikan penegasan kembali mengenai besarnya keutamaan laa ilaaha illallaah
- Timbangan laa ilaaha illallaah ini sebenarnya lebih berat daripada seluruh makhluk, walaupun kebanyakan orang yang mengucapkannya memiliki timbangan kalimat ini yang ringan
- Penegasan bahwa bumi ini tujuh, sebagaimana langit
- Langit memiliki penghuni
- Penetapan sifat-sifat Allah, berbeda dengan kaum Asy’ariyah
- Apabila kamu memahami kandungan hadits Anas, maka kamu akan paham maksud sabda Nabi dalam hadits ‘Itban: “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan laa ilaaha illallaah demi mengharapkan wajah Allah.” Bahwa yang dimaksud adalah meninggalkan syirik, jadi tidak cukup hanya dengan ucapan di lisan saja
- Perhatikan kesamaan yang ada pada ‘Isa dan Muhammad sebagai hamba Allah dan utusan-Nya
- Keistimewaan Isa yang tercipta dengan kalimat Allah
- Mengetahui kejadian Isa dari ruh ciptaan-Nya
- Mengetahui besarnya keutamaan beriman kepada Surga dan Neraka
- Mengetahui maksud dari sabda Nabi “Bagaimana pun keadaan amalnya.”
- Mengetahui bahwa timbangan amal itu memiliki dua daun timbangan
- Mengetahui bahwa Allah memiliki wajah